Senin, 07 Maret 2016

MYLOXAN

MYLOXAN
KOMPOSISI

TABLET KUNYAH / SUSPENSI
Tiap sendok takar 5 mili atau tablet kunyah mengandung :
Alumunium hidroksida      200 mg
Magnesium hidroksida       200 mg
Metilpolisiloksan                    20 mg

PORTE SUSPENSI
Tiap sendok takar 5 mili mengandung :
Alumunium hidroksida      250 mg
Magnesium hidroksida       250 mg
Metilpolisiloksan                    50 mg

KHASIAT
Myloxan merupakan kombinasi aluminium hidroksida dan magnesium hidroksida merupakan Antasid yang bekerja menetralkan asam lambung dan menginaktifkan pepsin, sehingga rasa nyeri ulu hati akibat iritasi oleh asam lambung dan pepsin, berkurang Disamping itu efek laksatif dari magnesium hidroksida dan mengurangi efek konstipasi dari aluminium hidroksida dimetilpolisiloksan mengurangi gelembung-gelembung gas dan saluran cerna yang menyebabkan rasa kembung berkurang.

INDIKASI
Untuk mengurangi gejala-gejala yang berhubungan dengan kelebihan asam lambung, gastritis, tukak lambung, tukak usus 12 jari, dengan gejala-gejala seperti mual, nyeri lambung, nyeri ulu hati, kembung, dan perasaan penuh pada lambung.

KONTRA INDIKASI
Bagi penderita dengan gangguan fungsi ginjal yang parah.

PERINGATAN DAN PERHATIAN
  • Jangan diberikan pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal yang parah karena dapat menimbulkan hipermagnesemia.
  • Tidak dianjurkan untuk digunakan terus-menerus Lebih Dari 2 minggu kecuali atas petunjuk dokter karena dapat menimbulkan ketergantungan fungsi lambung.
  • Jangan digunakan bersamaan simetidin atau tetrasiklin karena dapat mempengaruhi absorbsi obat tersebut.
  • Tidak dianjurkan pemberian pada anak-anak di bawah 6 tahun, kecuali atas petunjuk dokter karena biasanya kurang jelas penyebabnya.
  • Hati-hati pemberian pada penderita diet fosfor rendah dan pemakaian lama karena dapat mengurangi kadar fosfor dalam darah.
DOSIS
Dewasa   : sehari 3 sampai 4 kali 1 sampai 2 tablet.
Anak - anak : sehari 3 sampai 4 kali 1/2 sampai 1 tablet.
Diminum 1 sampai 2 jam Setelah makan dan menjelang tidur, sebaiknya dikunyah dahulu.

EFEK SAMPING
Dapat berupa obstruksi usus dan gangguan absorbsi fosfat sehingga menimbulkan sindrom deplesi phospat atau osteomalasia.  Efek samping yang umum adalah sembelit, diare, muntah, dan gejala-gejala tersebut akan hilang bila pemakaian obat dihentikan.

INTERAKSI OBAT
Pemberian bersamaan dengan simetidin atau tetrasiklin, dapat mengurangi absorpsi obat tersebut.

IBUPROFEN 400

IBUPROFEN 400 mg

Komposisi
Tiap Tablet Salut selaput mengandung Ibuprofen 400 mg.

Cara kerja obat
Ibuprofen adalah golongan obat anti inflamasi non steroid yang mempunyai efek antiinflamasi, analgesik, dan antipiretik. obat ini menghambat prostaglandin dengan kadar 400 miligram atau lebih digunakan di mana rasa nyeri dan implamasi merupakan gejala utama.

Indikasi
Karena efek analgesik dan antiinflamasi Nya maka dapat digunakan untuk meringankan gejala-gejala penyakit rematik tulang, sendi dan non sendi, juga dapat digunakan untuk meringankan gejala-gejala akibat trauma otot dan tulang atau sendi (trauma muskuloskeletal) karena efek analgesik Nya maka dapat digunakan untuk meringankan nyeri ringan sampai sedang, antara lain nyeri pada dismenore primer, nyeri haid, nyeri pada penyakit gigi, atau pencabutan gigi, nyeri setelah operasi, sakit kepala.

Dosis

  • Dewasa:
  • Untuk analgesik dan antiinflamasi rematik tulang sendi dan non sendi trauma otot dan tulang atau sendi : dosis yang dianjurkan sehari 3 sampai 4 kali 400 mg, pada permulaan pemakaian sebaiknya menggunakan dosis minimum  yang efektif yaitu 400 mg 3 kali sehari.
  • Untuk analgesik:  dosis yang dianjurkan : 200 mg sampai 400 mg 3 sampai 4 kali sehari.
Kontra indikasi
  • Penderita dengan ulkus peptikum tukak lambung dan duodenum yang berat dan aktif.
  • Penderita dengan riwayat hipersensitif terhadap Ibuprofen dan obat anti inflamasi non steroid lain.
  • Penderita sindrom polip hidung , angioedema dan penderita di mana bila menggunakan asetosal atau obat anti inflamasi non steroid lainnya akan timbul gejala asma, rinitis, atau urtikaria.
  • Kehamilan 3 bulan terakhir.
Efek samping
  • Walaupun jarang terjadi tapi dapat timbul efek samping sebagai berikut : gangguan, saluran pencernaan, termasuk mual, muntah, gangguan pencernaan, diare, konstipasi dan nyeri lambung.
  • Juga pernah dilaporkan terjadi ruam kulit, penyempitan bronkus.
  • Trombositopenia.
Peringatan dan perhatian
  • Pada uji klinik dosis lebih besar dari 400 mg tidak lebih efektif dibandingkan dosis 400 mg.
  • Tidak boleh melebihi dosis yang dianjurkan.
  • Penggunaan Ibuprofen harus hati-hati pada penderita Lupus eritematosus , sistemik gangguan fungsi hati, dan ginjal.
  • Karena Ibuprofen dapat menyebabkan penyempitan bronkus (bronkospasme ) maka hati-hati pada penderita asma.
  • Karena pernah dilaporkan terjadi retensi cairan dan edema, maka hati-hati pada penderita gagal jantung.
  • Pada umumnya pendarahan pada lambung dan atau user atau perforasi pada pasien usia lanjut akan lebih berat.
  • Tidak dianjurkan pada wanita hamil dan menyusui.
  • Penurunan ketajaman penglihatan dan kesulitan membedakan warna dapat terjadi tetapi sangat jarang dan akan sembuh bila pemakaian obat dihentikan, Apabila terjadi gangguan penglihatan, maka obat harus dihentikan dan memeriksakan mata ke dokter.

PROSTANAC

PROSTANAC

Komposisi
Tiap tablet enteric mengandung:
Prostanac 25: diklofenak natrium 25 mg
Prostanac 50  diklofenak natrium 50 mg

Farmakologi
Postulat merupakan turunan dari asam fenilasetat yang mempunyai kerja sebagai analgetik dan anti inflamasi. Prostanac diabsorbsi dengan baik oleh saluran pencernaan kadar maksimal dalam plasma akan tercapai dalam waktu 2 jam Setelah pemberian. ekskresi sebagian besar melalui urin dan hanya sebagian kecil melalui empedu.

Indikasi

  • Inflamasi
  • Bentuk-bentuk regeneratif rematik: rheumatoid arthritis, ankilosing spondilitis, osteoartritis, spondilartritis, dll.
  • Rematoid non artikuler.
Kontra indikasi
  • Ulkus peptikum
  • Hipersensitifitas terhadap diclofenac natrium.
  • Pasien dengan serangan asma urtikaria atau rinitis akut yang ditimbulkan oleh asam asetilsalisilat atau obat-obat lain yang mempengaruhi aktivitas menghambat pembentukan prostaglandin
  • Jangan digunakan untuk anak-anak
Efek samping
Saluran gastro intestinal:
Kadang-kadang: nyeri epigastrium gangguan saluran pencernaan lainnya seperti mual, muntah, diare, kram perut, dispepsia, kembung anoreksia. Jarang: pendarahan saluran pencernaan, hematemesis, Melena, tukak lambung dengan atau tanpa pendarahan atau perforasi, diare berdarah. Kasus - kasus terbatas gangguan usus bawah seperti nonspesifik haemorragic, colitis crohn, eksaserbasi ulkus kolitis atau proktokolitis crohn,  apthous stomatitis ,glositis,oeshophagus, konstipasi.

Minggu, 06 Maret 2016

GASELA

GASELA

KOMPOSISI
Tiap tablet salut selaput mengandung :
Ranitidin HCI setara dengan ranitidin  150 mg.

CARA KERJA OBAT
Suatu histamin antagonis reseptor H2 menghambat kerja histamin secara kompetitip pada reseptor H2 dan mengurangi sejresi asam lambung. Ranitidin diabsorbsi 50% setelah pemberian oral. Konsentrasi puncak plasma dicapai 2 - 3 jam setelah pemberian dosis 150mg. Absorbsi tidak di pengaruhi secara signifikan olah makanan dan antasida. Waktu paruh 2,5 - 3 jam pemberian oral. Ranitidin diekskresi melalui urine.

INDIKASI

  • Pengobatan jangka pendek tukak usus 12 jari aktiv, mengurangi gejala refluks esofagitis.
  • Terapi pemeliharaan setelah penyembuhan tukak usus 12 jari, tukak lambung.
  • Pengobatan keadaan hipersekresi patologis ( misal : sindroma zollinger ellison dan mastositosis sistemik ).
DOSIS
  • Tukak usus 12 jari aktif : 150mg, 2 x sehari ( pagi dan malam ) atau 300mg sekali sehari sesudah makan malam atau sebelum tidur, selama 4 sampai 8 Minggu.
  • Tukak lambung aktif  : 150mg, 2xsehari, ( pagi dan malam ) selama 2 minggu.
  • Terapi pemeliharaan pada penyembuhan tukak 12 jari dan tukak lambung : Dewasa :150mg malam sebelum tidur.
  • Keadaan hipersekresi patologis ( zollinger Ellison dan mastositosis sistemik) Dewasa : 150 mg dua kali sehari dengan lama pengobatan ditentukan oleh dokter berdasarkan gejala klinik yang ada. dosis dapat ditingkatkan sesuai kebutuhan masing-masing penderita. dosis 6 gram sehari dapat diberikan pada penyakit yang berat.
  • Refluks gastro esofagitis : Dewasa : 150 mg, dua kali sehari.
  • Esofagitis Erosif : Dewasa : 150 mg 4 kali sehari.
  • Pemeliharaan dan penyembuhan esofagitis erosif : dewasa 150 mg dua kali sehari.
  •  Dosis pada penderita gangguan fungsi ginjal : bila bersihan Kreatinin < 50ml/24jam. Bila perlu dosis dapat ditingkatkan secara hati-hati 12 jam atau kurang tergantung kondisi penderita.
  • Hemodialisis menurunkan kadar ranitidin yang terdistribusi.
KONTRA INDIKASI
Penderita yang hipersensitif terhadap obat ini.

EFEK SAMPING
  • Sakit kepala
  • Susunan saraf pusat,  jarang terjadi : malaise, pusing, mengantuk, insomnia, vertigo, agitasi, depresi, halusinasi.
  • Kardiovaskuler jarang dilaporkan : aritmia seperti takikardia, bradikardia, atrioventrikular blok, premature ventricular Beats.
  • Gastrointestinal : konstipasi, diare, mual, muntah, nyeri perut jarang dilaporkan : pankreatitis.
  • Muskuloskeletal, jarang dilaporkan : arthralgia dan malgia.
  • Hematologik :  leukopenia, granulositopenia, trombositopenia, ( pada beberapa penderita). Kasus jarang terjadi seperti agranulositopenia, pansitopenia,  trombositopenia, anemia plastik pernah dilaporkan.
  • Endocrine : ginekomastia impoten dan hilangnya libido pernah dilaporkan penderita pria.
  • Kulit,  jarang dilaporkan: ruam eritema multiforme, alopecia.
  • Lain lain, kasus hipersensitifitas yang jarang contoh: bronkospasme demam, eosinofiia. Anafilaksis, edema, angioneurotik, sedikit peningkatan kadar dalam Kreatinin serum.
PERINGATAN DAN PERHATIAN
  • Umum : pada penderita yang memberikan simtomatik respon terhadap ranitidin, tidak menghalangi timbulnya keganasan lambung.
  • Karena ranitidin di eksresi terutama melalui ginjal, dosis ranitidin harus disesuaikan pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal.
  • Hati-hati pemberian pada gangguan fungsi hati karena ranitidin dimetabolisme di hati.
  • Hindarkan pemberian pada penderita dengan riwayat porfiria akut.
  • Hati-hati penggunaan pada wanita menyusui.
  • Khasiat dan keamanan penggunaan pada anak-anak belum terbukti.
  • Waktu penyembuhan dan efek samping pada usia lanjut tidak sama dengan penderita usia dewasa.
  • Pemberian pada wanita hamil hanya jika benar-benar sangat dibutuhkan.
INTERAKSI OBAT
  • Ranitidin tidak menghambat kerja dari sitokrom p450 dalam hati.
  • Pemberian bersama warfarin dapat meningkatkan atau menurunkan waktu protrombin.
OVER DOSIS
Gejala-gejala overdosis antara lain pernah dilaporkan gangguan pencernaan akut, hipotensi, cara berjalan yang tidak normal.

Penanganan overdosis :
  • Induksi dengan cara dimuntahkan atau bilas lambung.
  • Untuk serangan : dengan cara pemberian diazepam injeksi l. V.
  • Untuk bradycardia : dengan cara pemberian atropin.
  • Untuk aritmia : dengan cara pemberian lidokain.

RIFAMPICIN

RIFAMPICIN

Komposisi
Tiap kafsul mengandung rifampicin 300mg.
Tiap kafsul mengandung rifampicin 450mg
Tiap tablet salut selaput mengandung rifampicin 600mg

Cara kerja obat
Rifampicin adalah antibiotika oral dengan daya bakterisida terhadap mycobacterium tuberculosis dan mycobacterium leprae. Rifampicin tidak menunjukan resistensi silang dengan antibiotika yang lain. Akan tetapi terjadinya resistensi cukup besar selama pengobatan. Karena itu harus diberikan bersama obat antituberclosis yang lain, seperti isoniazid dan atau ethambutol. Pengobatan berkala sebaiknya dilakukan secara berhati-hati. Mekanisme kerja rifampicin adalah menghambat kerja enzym polimerase RNA yang DNA -dependent, sehingga sintesa RNA di hambat. Penghambatan ini bekerja secara spesifik pada sub unit enzim polimerase kuman, tetapi tidak menghambat polimerase enzim kuman mamalia. Kadar maksimum dalam darah tercapai 2 - 4 jam dan tetap tinggi paling tidak selama 6 jam, dengan penyebaran yang baik di semua jaringan dan cairan tubuh.
Rifampicin diekresikan melalui empedu dan urin.

Indikasi
Tuberkulosis : pemakaian sebaiknya di kombinasikan paling tidak dengan satu macam obat antituberkulosis lain, dengan tujuan untuk mencegah timbulnya resistensi kuman yang cepat dan untuk mempercepat penyembuhan
Lepra : Diindikasikan untuk lepra tipe lepramatous dan dimorphous, juga pada penderita lepra tipe lain yang telah resisten atau intoleran terhadap antileprotik yang lain.

Posologi
Untuk pengobatan tuberkulosis dan lepra : Dewasa sehari 10 - 20 mg per kg berat badan, untuk penderita dengan gangguan fungsi hati, dosis tidak boleh lebih dari 8 mg per kg berat badan. Anak - anak : sehari 10 - 20 mg per kg berat badan, maximum 600 mg sehari. Pemberian obat 1 jam sebelum makan atau 2 jam sesudah makan.

Peringatan dan perhatian
Rifampisin tidak dianjurkan untuk wanita hamil, karena zat dapat menembus plasenta. Pada penderita gangguan fungsi hati sebaiknya dilakukan uji terhadap fungsi hati sebelum dan selama pengobatan. Rifampicin atau metabolitnya dapat menyebabkan air seni, tinja, air liur, keringat, dahak, dan air mata berwarna merah jingga. Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan fungsi hati secara periodik bila diberikan secara bersama - sama dengan obat lain yang bersifat hepatotoksik atau jika timbul gejala ikterus. Rifampicin dapat menekan efek antikoagulan kumarin oral, oleh sebab itu perlu di periksa waktu prothrombin. Keamanan pemakain pada wanita menyusui belum diketahui dengan pasti. Pada pasien tertentu, penggunaan dosis tinggi intermiten menimbulkan resiko hipersensitivitas renal.

Efek Samping
Reaksi yang timbul dapat berupa reaksi alergi dengan gejala - gejala demam, gatal-gatal, ultikaria, berbagai jenis ruam kulit, eosinofilia, radang mulut dan lidah, hemolissis, hemoglobinuria, hematuria, dan kegagalan ginjal akut. Pada pemberian secara Intermitten, rifampicin dapat menimbulkan berbagai gejala gejala ini biasanya timbul setelah 2 - 3 jam pemberian obat di pagi hari dan gejala tersebut akan hilang pada sore hari. Gangguan saluran cerna : mual, muntah, dan diare. Gangguan SSP : sakit kepala, vertigo, ataksia, gangguan visual, parestesia, trombosit openia, leukopenia, anemia hemolitik.

Kontra Indikasi
Kontra indikasi terjadi pada penderita hipersensitif terhadap rifampicin, penderita dengan gangguan saluran empedu, pada bayi baru lahir fan bayi prematur, serta trimester pertama pada kehamilan.

Interaksi obat
Rifampisin dapat menginduksi enzim microsomal, sehingga mempercepat inaktivasi beberapa macam obat lain, seperti obat antikoagulan oral golongan kumarin, obat oral kontrasepsi. Kombinasi rifampicin dengan obat antituberkulosis lain dapat mempengaruhi konsentrasi dalam darah beberapa macam obat seperti metadon, oral hipoglikemik, turunan digitalis, dapson dan kortikosteroid. Pemberian PAS bersama - sama dengan rifampisin, dapat menghambat absorpsi rifampicin.

Jumat, 04 Maret 2016

KONIDIN

KONIDIN


KOMPOSISI:

Tiap tablet mengandung:
Guaifenesin                           100mg
Dextromethorphan Hbr          5mg
Chlorpheniramin Maleate      2mg

ATURAN PAKAI:

Dewasa dan anak-anak diatas 12 tahun 3 x sehari 1-2 tablet.
Anak-anak 6-12 tahun : 3 x sehari 1/2 - 1 tablet atau menurut petunjuk dokter.

CARA KERJA OBAT:
Bekerja sebagai antitusif, ekspektoran, dan antihistamin.

INDIKASI:
Untuk meringankan batuk

KONTRA INDIKASI:
Penderita yang hipersensitif terhadap komponen obat ini.

EFEK SAMPING:
Mengantuk, gangguan pencernaan, sakit kepala, insomnia, eksitasi, tremor, takikardi, aritmia, mulut kering, palpitasi, sulit berkemih.

PERINGATAN DAN PERHATIAN :

  • Hati-hati penggunaan pada penderita dengan gangguan fungsi hati dan ginjal, glaukoma, hipertropi prostat, hipertiroid, gangguan jantung, dan diabetes melitus.
  • Tidak di anjurkan untuk anak-anak dibawah 6thn, wanita hamil dan menyusui, kecuali atas petunjuk dokter.
  • Selama minum obat ini tidak boleh mengendarai kendaraan bermotor atau menjalankan mesin.
  • Hati-hati untuk penderita debil dab hipoksia (kekurangan oxigen)
  • Dapat menyebabkan depresi pernafasan dan susunan saraf pusat pada penggunaan dengan dosis besar atau pada pasien dengan gangguan fungsi pernafasan (misal asma,empisena).
INTERIKSA OBAT : 

Dapat terjadi rangsangan SSP dan depresi pernafasan yang berat pada pemberian bersamaan dengan penghambat MAO

POLAMEC

POLAMEC


KOMPOSISI :

Polamec tablet :
Tiap tablet   mengandung       Dekslorfeniramin maleat 2mg

Polamec syrup :
Tiap sendok takar (5 ml) mengandung deksklorfeniramin maleat 2mg.

CARA KERJA OBAT :

Mengandung antihistamin dekslorfeniramin maleat yang bekerja secara kompetitif reversibel pada sel reseptor histamin.

INDIKASI:

Untuk pengobatan simtomatis pada rinitis alergi yang menahun atau musiman, rinitis vasomotor, konjungtivitis alergik, manifestasi kulit alergi ringan tanpa komplikasi dari urtikaria dan angioderma, reaksi alergi pada darah atau plasma. Reaksi anafilaktik sebagai tambahan pada pemberian epinephrine dan terapi standar lainnya setelah manifestasi akut dapat diatasi. Kondisi kulit akut seperti eksema alergik, gigitan serangga, dermatitis atopik, dermatitik kontak dan dermografisme.

DOSIS DAN CARA PEMBERIAN :

Dosis harus di sesuaikan secara individu atau tergantung pada kebutuhan dan respon pada penderita.

Tablet :

  • Dewasa dan anak-anak usia 12thn atau lebih: 1tablet 3-4 x sehari dengan dosis maksimum total 12mg. Untuk sebagian penderita, dosis harian maksimum total 6mg sehari sudah cukup.
  • Anak-anak usia 6-12thn: 1/2tablet 3-4 x sehari dengan dosis maksimum 6mg.
Sirup :
  • Dewasa fan anak-anak usia 12thn atau lebih : satu sendok teh 3-4 x sehari.
  • Anak-anak usia 6-12thn: 1/2 sendok teh 3-4 x sehari.
PERINGATAN DAN PERHATIAN:

Gunakan hati-hati pada penderita dengan glaukoma sudut sempit, tukak peptik stenosis, obstruksi leher kandung kemih, penyakit kardiovaskular termasuk hipertensi, peningkatan tekanan intraokular dan hipertiroidisme,juga pada penderita dengan riwayat asma bronkial. 
Pasien harus di peringatkan untuk tidak melakukan aktivitas yang memerlukan kewaspadaan mental.
Pada pasien yang berusia lebih dari 60thn, antihistamin dapat menyebabkan sedasi, pusing dan hipotensi. Keamanan pada anak-anak di bawah usia 2thn belum di tetapkan. 
Keamanan pemakaiannya pada wanita hamil belum di tetapkan. Gunakan hati-hati pada ibu yg sedang menyusui karena belum diketahui apakah produk ini diekskresikan dalam air susu.

INTERAKSI OBAT:

Penghambat monoamin oksidase memperpanjang dan memperbesar efek antihistamin, dapat terjadi hipotensi berat. Pemakaian bersama dengan alkohol antidepresan trisiklik, barbiturat atau depresan system saraf pusat lainnya dapat mempotensiasi efek sedatif dari dekslorfeniramin. Kerja antikoagulan oral dapat dihambat oleh antihistamin.

EFEK SAMPING :

Sama dengan antihistamin lainnya, efek samping yang paling sering adalah rada kantuk.
Kemungkinan efeksamping antihistamin lainnya meliputi reaksi kardiovaskular, hematologis, neurologis, saluran pencernaan saluran kemih - kelamin dan reaksi saluran pernafasan.
Pernah di laporkan efek samping umum seperti urtikaria, ruam obat, renjatan anafilaktik, fotosintesifitas, perspirasi yang berlebihan, rasa kedinginan, mulut, hidung dan tenggorokan kering.

KONTRA INDIKASI:

Peka terhadap setiap bahan obat atau obat-obat lain yang memiliki struktur kimia yang serupa. Jangan di gunakan untuk gejala pebyakit saluran pernafasan bawah. Jangan diberikan pada bayi yg baru lahir dan bayi prematur atau pada yang sedang mendapat terapi penghambat monoamin oksidase.


Kamis, 03 Maret 2016

LICODEXON

LICODEXON

KOMPOSISI :
Tiap kaplet licodexon 0,75/0,50 mengandung :
Dexametason 0,75mg/ 0,50mg

FARMAKOLOGI :
Licodexon 
   mengandung dexamethasone suatu glukokortikoid sintetik dengan efek anti inflamasi dan anti alergi. Dexamethasone mencegah atau menekan timbulnya tanda-tanda peradangan yang di sebabkan oleh microorganisme, zat kimia atau iritasi termik, Trauma dan Alergen.
Pada inflamasi permeabilitas kapiler bertambah, menyebabkan cairan edema dan protein keluar ke daerah inflamasi. Dexamethasone dapat mencegah gangguan permeabilitas tersebut sehingga pembengkakan dapat di tiadakan atau dapat berkurang dan juga dapat terjadi penghambatan eksudasi sel leukosit dan sel mast. Dexamethasone dapat mempertahankan keutuhan membran sel dan membran plasma sehingga kerusakan sel oleh toksin, enzim proteolitik atau sebab mekanik dapat di atasi. Dexamethasone dapat menstabilkan membran lisosom sehingga menghambat pengeluaran enzim hidrolase yang dapat menghancurkan isi sel dan menyebabkan perluasan reaksi inflamasi. Aktivitas inflamasi ini secara kuantitativ tergantung kadar hormon di daerah meradang. Sebagai anti alergi, Dexamethasone menyebabkan sel limfosit manusia pada umumnya menjadi resisten terhadap efek destruktif. Sel limfosit yang berperanan pada reaksi sensitidasi dan imunologik yaitu limfosit B yang menghasilkan anti bodi dan linfosit T yabg desensitisasi ternyata resisten terhafap efek destruktif. Efek dexamethasone bekerja dengan mempengaruhi sintesa protein pada proses transkripsi RNA. Dexamethasone tidak menimbulkan efek retensi natrium dan diabsorpsi dari saluran gastrointestinal. Waktu paruh dalan plasma sekitar 190 menit. 

INDIKASI :
Mengobati penyakit alergi antara lain: hipersensitifitas obat, serum sickness, dermatitis dan asma bronkial.
Mengatasi gejala inflamasi berupa artritis remtroid huvenille dan karditis rematik akut.

KONTRA INDIKASI :

  • Seperti kortikosteroid sistemik umumnya, Dexamethasone tidak dapat di berikan pada penderita tukak lambung karena berbahaya perforasi dan pendarahan, osteoporosis, Psikosis, herpes simpleks okuler.
  • Infeksi fungsi sistemik, psikonerosis berat dan sindrom cushing.
  • Penderita yang sensitif terhadap komponen obat ini.
INTERAKSI OBAT :
  • Dexamethasone menyebabkan efek derivat kumarin melemah ( karena jumlah trombosit meningkat) tetapi kecendrungan pendarahan meningkat. Pemberian bersama Atropin atau antikolinergik yang lain akan meningkatkan tekanan intra okuler. Dexamethasone dapat meningkatkan kebutuhan insulin atau antidiabetika oral.
  • Metabolisme kortikosteroid di percepat dengan adanya antiepilepsi : carbamazepine dan piramidone, fan adanya aminoglutetimide.
  • Dengan salisilat dan antirematik non steroid akan meningkatkan insiden tukak lambung dengan adanya bahaya perdarahan gastrointestinal. Antihipertensi, terjadi antagonisme terhadap efek hipotensi.
  • Efek Dexamethasone menurun pada pemberian bersama-sama antasid, derivat barbiturat (phenobarbital), fenitoin, rifampisin karena metabolisme kortikosteroid dipercepat.
  • Pemberian bersama-sama diuretika dan thiazide menambah resiko hipokalemia. Metabolisme dihambat oleh estrogen, dan pada orang tua meningkat pada hiperthyrosis.
EFEKSAMPING :
  • Efek samping biasanya terjadi dalam jangka waktu lama, berupa tukak lambung dengan kemungkinan perforasi dan pendarahan pankreatitis, distensi abdominal dan oesofagus ulceratif, osteoporosis, gangguan pada susunan syataf pusat seperti : kejang, tekanan intrakranial bertambah dengan oedema papil, vertigo dan sakit kepala, reaksi hipersensitif pada kulit, kelemahan otot, miopati steroid, kehilangan masa otot, kompresi fraktur vertebral, fraktur patologik pada tulang panjang, osteonekrosis dan kelainan pada mata, yaitu katarak subkafsular posterior, kadang-kadang tekanan intra okuler bertambah, glaukoma dan eksoftalmos.
  • Pada anak-anak pertumbuhan dapat terhambat karena pemecahan protein sehingga pembentukan fibroblast dan sintesa kolagen terhambat.
  • Pada kehamilan ada bahaya insufisiensi plasenta.
  • Impaired wound healing, thin fragile skin, eritema pada wajah, dan keringat bertambah.
  • Jarang terjadi retensi natrium dan cairan (edema) karena hanya sedikit mempunyai efek mineralokortikoid. Edema ini dapat terjadi pada pasien yang terganggu kecepatan glomerullusnya.
  • Hipokalemia, hipertensi, dan gagal jantung bawaan.
  • Mentruasi tidak teratur, insufisiensi adrenal sekunder khususnya pada kulit stres seperti trauma dan pembedahan.
PERINGATAN DAN PERHATIAN :
  • Kepekaan terhadap infeksi pada penDerita yang mendapat korrikosteroid tidak bersifat spesifik untuk bakteri atau fungi patogen tertentu. Bila terjadi infeksi, dosis tetap di pertahankan atau di tambah dan harus dilakukan pengobatan yang terbaik terhadap infeksi tersebut. 
  • Penggunaan kortikosteroid jangka panjang kemungkinan dapat mengakibatkan katarak subkapsular posterior, glaukoma dengan kemungkinan kerusakan pada syaraf mata. Penghentian pemakaian harus secara bertahap. 
  • Pemakaian asetosal bersama-sama dengan kortikosteroid tidak di anjurkan pada penderita hipoprotrombinemia.
  • Amati secara cermat pada anak-anak dan bayi yang nemakai kortikosteroid dalan jangja panjang terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak dan bayi.
  • Pemakaian kortikosteroid pada penderita hipotiroid dan sirosis, dapat meningkatkan efek kortikosteroid.
  • Kortikosteroid tidak di anjurkan pada penderita kolitis, ulceratif non spesifik, jika ada kecendrungan perforasi, abses dan infeksi piogenik lain, diverticulitis, fresh intestinal anastomoses, peptic ulcer, osteoporosis, myasthenia gravis.
  • Hati- hati digunakan terhadap penderita penyakit jantung, hipertensi, diabetes mellitus, insufisiensi ginjal, tuberkulosis, wanita hamil dan menyusui, anak - anak usia dibawah 6 tahun.
DOSIS:
  • Dosis awal bervariasi 0,75 - 9mg dibagi   dalam 2 - 4 kali sehari, tergantung parahnya penyakit.
  • Dosis pada penyakit ringan adalah<0,75mg, dan dosis pada penyakit berat adalah >9mg. atau menurut petunjuk dokter.