Kamis, 03 Maret 2016

LICODEXON

LICODEXON

KOMPOSISI :
Tiap kaplet licodexon 0,75/0,50 mengandung :
Dexametason 0,75mg/ 0,50mg

FARMAKOLOGI :
Licodexon 
   mengandung dexamethasone suatu glukokortikoid sintetik dengan efek anti inflamasi dan anti alergi. Dexamethasone mencegah atau menekan timbulnya tanda-tanda peradangan yang di sebabkan oleh microorganisme, zat kimia atau iritasi termik, Trauma dan Alergen.
Pada inflamasi permeabilitas kapiler bertambah, menyebabkan cairan edema dan protein keluar ke daerah inflamasi. Dexamethasone dapat mencegah gangguan permeabilitas tersebut sehingga pembengkakan dapat di tiadakan atau dapat berkurang dan juga dapat terjadi penghambatan eksudasi sel leukosit dan sel mast. Dexamethasone dapat mempertahankan keutuhan membran sel dan membran plasma sehingga kerusakan sel oleh toksin, enzim proteolitik atau sebab mekanik dapat di atasi. Dexamethasone dapat menstabilkan membran lisosom sehingga menghambat pengeluaran enzim hidrolase yang dapat menghancurkan isi sel dan menyebabkan perluasan reaksi inflamasi. Aktivitas inflamasi ini secara kuantitativ tergantung kadar hormon di daerah meradang. Sebagai anti alergi, Dexamethasone menyebabkan sel limfosit manusia pada umumnya menjadi resisten terhadap efek destruktif. Sel limfosit yang berperanan pada reaksi sensitidasi dan imunologik yaitu limfosit B yang menghasilkan anti bodi dan linfosit T yabg desensitisasi ternyata resisten terhafap efek destruktif. Efek dexamethasone bekerja dengan mempengaruhi sintesa protein pada proses transkripsi RNA. Dexamethasone tidak menimbulkan efek retensi natrium dan diabsorpsi dari saluran gastrointestinal. Waktu paruh dalan plasma sekitar 190 menit. 

INDIKASI :
Mengobati penyakit alergi antara lain: hipersensitifitas obat, serum sickness, dermatitis dan asma bronkial.
Mengatasi gejala inflamasi berupa artritis remtroid huvenille dan karditis rematik akut.

KONTRA INDIKASI :

  • Seperti kortikosteroid sistemik umumnya, Dexamethasone tidak dapat di berikan pada penderita tukak lambung karena berbahaya perforasi dan pendarahan, osteoporosis, Psikosis, herpes simpleks okuler.
  • Infeksi fungsi sistemik, psikonerosis berat dan sindrom cushing.
  • Penderita yang sensitif terhadap komponen obat ini.
INTERAKSI OBAT :
  • Dexamethasone menyebabkan efek derivat kumarin melemah ( karena jumlah trombosit meningkat) tetapi kecendrungan pendarahan meningkat. Pemberian bersama Atropin atau antikolinergik yang lain akan meningkatkan tekanan intra okuler. Dexamethasone dapat meningkatkan kebutuhan insulin atau antidiabetika oral.
  • Metabolisme kortikosteroid di percepat dengan adanya antiepilepsi : carbamazepine dan piramidone, fan adanya aminoglutetimide.
  • Dengan salisilat dan antirematik non steroid akan meningkatkan insiden tukak lambung dengan adanya bahaya perdarahan gastrointestinal. Antihipertensi, terjadi antagonisme terhadap efek hipotensi.
  • Efek Dexamethasone menurun pada pemberian bersama-sama antasid, derivat barbiturat (phenobarbital), fenitoin, rifampisin karena metabolisme kortikosteroid dipercepat.
  • Pemberian bersama-sama diuretika dan thiazide menambah resiko hipokalemia. Metabolisme dihambat oleh estrogen, dan pada orang tua meningkat pada hiperthyrosis.
EFEKSAMPING :
  • Efek samping biasanya terjadi dalam jangka waktu lama, berupa tukak lambung dengan kemungkinan perforasi dan pendarahan pankreatitis, distensi abdominal dan oesofagus ulceratif, osteoporosis, gangguan pada susunan syataf pusat seperti : kejang, tekanan intrakranial bertambah dengan oedema papil, vertigo dan sakit kepala, reaksi hipersensitif pada kulit, kelemahan otot, miopati steroid, kehilangan masa otot, kompresi fraktur vertebral, fraktur patologik pada tulang panjang, osteonekrosis dan kelainan pada mata, yaitu katarak subkafsular posterior, kadang-kadang tekanan intra okuler bertambah, glaukoma dan eksoftalmos.
  • Pada anak-anak pertumbuhan dapat terhambat karena pemecahan protein sehingga pembentukan fibroblast dan sintesa kolagen terhambat.
  • Pada kehamilan ada bahaya insufisiensi plasenta.
  • Impaired wound healing, thin fragile skin, eritema pada wajah, dan keringat bertambah.
  • Jarang terjadi retensi natrium dan cairan (edema) karena hanya sedikit mempunyai efek mineralokortikoid. Edema ini dapat terjadi pada pasien yang terganggu kecepatan glomerullusnya.
  • Hipokalemia, hipertensi, dan gagal jantung bawaan.
  • Mentruasi tidak teratur, insufisiensi adrenal sekunder khususnya pada kulit stres seperti trauma dan pembedahan.
PERINGATAN DAN PERHATIAN :
  • Kepekaan terhadap infeksi pada penDerita yang mendapat korrikosteroid tidak bersifat spesifik untuk bakteri atau fungi patogen tertentu. Bila terjadi infeksi, dosis tetap di pertahankan atau di tambah dan harus dilakukan pengobatan yang terbaik terhadap infeksi tersebut. 
  • Penggunaan kortikosteroid jangka panjang kemungkinan dapat mengakibatkan katarak subkapsular posterior, glaukoma dengan kemungkinan kerusakan pada syaraf mata. Penghentian pemakaian harus secara bertahap. 
  • Pemakaian asetosal bersama-sama dengan kortikosteroid tidak di anjurkan pada penderita hipoprotrombinemia.
  • Amati secara cermat pada anak-anak dan bayi yang nemakai kortikosteroid dalan jangja panjang terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak dan bayi.
  • Pemakaian kortikosteroid pada penderita hipotiroid dan sirosis, dapat meningkatkan efek kortikosteroid.
  • Kortikosteroid tidak di anjurkan pada penderita kolitis, ulceratif non spesifik, jika ada kecendrungan perforasi, abses dan infeksi piogenik lain, diverticulitis, fresh intestinal anastomoses, peptic ulcer, osteoporosis, myasthenia gravis.
  • Hati- hati digunakan terhadap penderita penyakit jantung, hipertensi, diabetes mellitus, insufisiensi ginjal, tuberkulosis, wanita hamil dan menyusui, anak - anak usia dibawah 6 tahun.
DOSIS:
  • Dosis awal bervariasi 0,75 - 9mg dibagi   dalam 2 - 4 kali sehari, tergantung parahnya penyakit.
  • Dosis pada penyakit ringan adalah<0,75mg, dan dosis pada penyakit berat adalah >9mg. atau menurut petunjuk dokter.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar